Cerita Garam Dan Air


Cerita Garam Dan Air

Apa yang diceritakan dalam cerita Legenda Air Garam Di Yiwika?​

Daftar Isi

1. Apa yang diceritakan dalam cerita Legenda Air Garam Di Yiwika?​


Maben yang merupakan keturunan dewa adalah seorang yang baik hati. Ia tidak sombong walau merupakan keturunan dewa. Ia masih mau menggosokkan hipere dari penduduk kampung Yiwika dan Lembah Baliem tanpa meminta bayaran. Hingga sekarang nama Maben masih harum karena ia adalah seorang yang murah hati


2. Kesan apa yang di dapat dari cerita air dan garam?


Jawaban:

mana ceritanya

Penjelasan:

tolong kasih tau ceritanya dulu


3. Kesan apa yang di dapat dari cerita air dan garam?


Jawaban:

Suatu ketika, seorang kakek bijaksana mendatangi cucunya yang belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah ceriamu itu?” tanya si Kakek.

“Kakek, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tidak ada habis-habisnya,” jawab pemuda itu dengan lesu.

Si Kakek tersenyum. “Ambillah segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si pemuda pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan kakeknya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke gelas itu,” kata Si Kakek.

“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”

Pemuda itu pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. “Bagaimana rasanya?” tanya si Kakek.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab pemuda itu dengan wajah yang masih meringis. Si Kakek tertawa terkekeh-kekeh melihat wajah cucunya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Si Kakek membawa cucunya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”

Pemuda itu menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan kakek, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata si Kakek.

Pemuda itupun menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, si Kakek bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata pemuda itu sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata pemuda itu sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Si Kakek hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan cucunya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata si Kakek setelah cucunya selesai minum.

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Begitulah hidup..kau masih muda dan perlu banyak makan garam kehidupan.”

“Semua orang mengalami masalah dalam hidupnya, dan merasakan asinnya penderitaan karena masalah tersebut. Namun yang membedakan adalah sangat bergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi, supaya kamu tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas, dan jadikan hatimu sebesar danau

Penjelasan:

maaf klo slah:v


4. Apa yang diceritakan dalam cerita rakyat "Legenda Air Garam di Yiwika"?Jawab: ....​


Jawaban :

Maben yang merupakan keturunan dewa adalah seorang yang baik hati. Ia tidak sombong walau merupakan keturunan dewa. Ia masih mau menggosokkan hipere dari penduduk kampung Yiwika dan Lembah Baliem tanpa meminta bayaran. Hingga sekarang nama Maben masih harum karena ia adalah seorang yang murah hati

moga membantu ^^


5. cerita inspirasi berjudul garam dan air​


Jawaban:

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.

“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.

“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.

Penjelasan:

nemu jawaban di gogle tdi


6. Apa pesan moral dari cerita garam dan air?


Penjelasan:

Hidup tidak akan berjalan semulus yang kamu inginkan, hidup tidak akan berjalan semudah yang kamu banyangkan, sebab hidup tidak akan berlalu begitu saja. Itu sebabnya dalam hidup tidak akan pernah terlepas dari yang namanya masalah. Tapi jangan jadikan masalah sebagai beban yang harus kamu pikul sendiri, jangan menganggap hanya kamu yang punya masalah sendirian, karena semua orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya.

Bahkan bisa jadi masalah orang lain lebih besar dari pada masalahmu hanya kamu tidak pernah mengetahui masalah orang lain sehingga masalah yang kamu hadapi terasa berat.


7. Contoh cerita inspiratif Air dan garam


Contoh cerita inspiratif air dan garam adalah sebagai berikut:

Botol Minum dan Air Laut

Seorang anak sedang ikut melaut untuk pertama kalinya bersama ayahnya yang merupakan seorang nelayan. Tengah hari itu sangat panas dan si anak kehausan.

"Ayah, aku haus," katanya sambil menarik-narik baju si ayah.

Sang ayah mengambil botol minum, kemudian tersadar bahwa persediaan air mereka hanya tinggal setengah botol.

"Apakah kau benar-benar sudah haus sekarang, Nak?" tanya ayahnya.

Si anak mengangguk-angguk serius. "Sangat haus, Yah. Aku tidak bisa menahannya lagi."

Dengan bimbang, ayahnya memberikan botol minum dan berpesan, "Minumlah berhemat-hemat. Kita masih akan melaut hingga sore. Kalau air minum kita habis, celakalah kita."

Si anak minum, dan menuruti nasihat ayahnya untuk berhemat-hemat. Namun, ketika sudah selesai minum, dahaganya tidak betul-betul hilang.

Jadi si anak bertanya lagi. "Kenapa kita harus berhemat, Yah? Jika air kita habis, kita kan masih bisa mengambil air dari laut. Bukankah air laut di sekeliling kita sangat banyak dan tidak ada habisnya?"

Sang ayah tertawa. Dia menangkup air laut dengan tangannya. "Nak, cobalah kamu celupkan telunjukmu ke dalam air laut ini lalu cicipi bagaimana rasanya."

Si anak mengikuti dan terkejut karena rasa asin yang tidak enak. "Hiii, asin, Yah!"

Ayah mengangguk. "Benar, Nak. Air laut asin karena mengandung banyak garam. Kalau kita minum air garam, bukannya lega, malah kita akan jadi semakin haus!"

Si anak mengangguk-angguk paham. Ayahnya menepuk-nepuk puncak kepala si anak dengan sayang.

"Garam kalau dipergunakan untuk memasak akan membuat masakan lezat. Tapi kalau kita meminum air garam, rasanya tidak enak dan malah akan mendatangkan mudharat bagi kita. Begitu juga dalam hidup. Kita harus mengambil dan mempergunakan hal-hal pada tempatnya dan jangan berlebihan. Mengerti, Nak?"

Si anak mengangguk-angguk dan mereka lanjut memancing dengan tenteram hingga sore hari.

Pembahasan

Teks cerita inspiratif adalah cerita yang dituliskan untuk menginspirasi dan memotivasi seseorang untuk melakukan hal-hal yang baik.

Pelajari lebih lanjutMateri tentang struktur teks cerita inspiratif: https://brainly.co.id/tugas/14782576Materi tentang teks cerita inspiratif: https://brainly.co.id/tugas/8610896Materi tentang ciri-ciri teks cerita inspiratif: https://brainly.co.id/tugas/10524087

Detail jawaban

Kelas: 8

Mapel: Bahasa Indonesia

Bab: Sastra

Kode: 8.1.1

#AyoBelajar


8. Stuktur cerita garam dan air


Jawaban:

struktur cerita inspiratif


9. 3. Apa yang diceritakan dalam cerita rakyat "Legenda Air Garam di Yiwika"?Jawab: ....​


Seorang ibu Yang mempunyai kekuatan Dan dia membuat Makanan Asin Dan lezat Dengan Menggosokan air Mata nya


10. Apa tema dari cerita garam dan air


Jawaban:

garam berasal dari air

Penjelasan:

yaitu air laut yang asin rasanya


11. Apa saja yang di cerita kan dalam cerita rakyat "Legenda Air Garam di Yiwika"? PLIS JAWABB:')


Jawaban:

tentang seorang pejuang

Penjelasan:

Maaf kalo salah


12. tuliskan lah 1 cerita tentang garam dan air​


Jawaban:

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya.”, ujar Pak tua itu.

“Asin. Asin sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum.

Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua bertanya lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.

“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Penjelasan:

Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.

#semangat


13. Amanat dari cerita legenda air garam di yiwika


Jawaban:

Maben yang merupakan keturunan dewa adalah seorang yang baik hati. Ia tidak sombong walau merupakan keturunan dewa. Ia masih mau menggosokkan hipere dari penduduk kampung Yiwika dan Lembah Baliem tanpa meminta bayaran. Hingga sekarang nama Maben masih harum karena ia adalah seorang yang murah hati


14. Mengembangkan cerita inspiratif garam dan air


garam dapat dengan mudah larut di air,tapi jika didiamkan selama beberapa saat garam itu akan mengendap di air...


15. mohon bantu mengembangkan cerita inspiratif "garam dan air"


duduk sama rendah berdiri sama tinggi


16. cerita inspiratif garam dan air​


Jawaban:

Ceritainspiratifgaram danair

(Pak tua dan seorangpemuda)

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya.”, ujar Pak tua itu.

“Asin. Asin sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua bertanya lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.

“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.


17. setruktur cerita garam dan air​


Jawaban:

Cerita Inspiratif Garam dan Air (Pak Tua dan Seorang Pemuda)

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya.”, ujar Pak tua itu.

“Asin. Asin sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tentang itu


18. mengembangkan dan menyusun cerita inspiratif berjudul garam dan air dengan memperhatikan struktur cerita inspiratif


Maaf jwb ny pke gambar

Semoga membantu :-)

Semoga bermanfaat ;-);-)

Trima ksh,, sekian dari sya


19. Apa pesan moral dari cerita garam dan air?​


Penjelasan: Hidup tidak akan berjalan semulus yang kamu inginkan, hidup tidak akan berjalan semudah yang kamu banyangkan, sebab hidup tidak akan berlalu begitu saja. Itu sebabnya dalam hidup tidak akan pernah terlepas dari yang namanya masalah


20. cerita di atas menyadarkan bahwa tidak ada gunanya jika sering mengeluh. Nasihat tentang orang yang sering mengeluh juga di ceritakan dalam cerita "Garam dan Air". Cerita di depan berisi kentang,telur,dan biji kopi yang di masukan ke dalam air mendidih, lalu menjadi berbeda hasilnya. Demikian juga dengan garam yang di masukkan ke dalam air dengan volume berbeda (gelas,panci,danau) hasil nya juga berbeda. "Garam" di ibaratkan sebagai masalah. Lemparkan garam ke dalam air di gelas, air di panci, atau air di danau adalah jenis sikap orang menghadapi masalah. Apakah hasilnya sama? Pesan moral nya jadilah danau. Nah, ide ini kamu susun menjadi cerita yang menarik​


Jawaban:

Manusia dan Botol

Pada siang hari di teras rumah vera, vera dan alin sedang mengerjakan tugas kelompok untuk membuat kerajinan dari botol bekas. Namun, Alin tampak tidak bersemangat dan sering melamun saat mengerjakan tugasnya. Vera yang menyadari Alin yang melamun pun bertanya kepada Alin apakah ia punya masalah. Awalnya, Alin menolak untuk berbicara, namun lama kelamaan Alin mau menceritakan masalahnya.

"Aku sebenarnya tidak percaya diri, karena aku tidak mempunyai wajah yang cantik, dan aku pun tidak punya banyak uang untuk membeli make up yang biasanya teman sekelas pakai. Aku tidak percaya diri dan takut tidak ada yang mau berteman denganku, dan aku tidak mau di kucilkan" jawab Alin.

Mendengar cerita Alin, Vera pun segera mengambil botol bekas untuk tugas kerajinannya tersebut seraya berkata

"Tahukah kamu lin? Jika botol ini di isi dengan air mineral, harganya 3-5 ribuan. Jika di isi jus buah, harganya akan 10 ribuan. Jika di isi dengan madu, maka harganya akan 100 ribuan. Jika di isi dengan minyak wangi terkenal, harganya bisa mencapai jutaan. Namun, apabila botol ini di isi dengan air got, maka tidak akan bernilai sama sekali. Bahkan semua orang tidak ada yang suka, dan ingin cepat membuangnya. Kamu tahu apa artinya?" Tanya Vera sembari tersenyum.

"Yah, aku mengerti sedikit. Jika isi yang ada di botol berbeda, maka akan berbeda juga nilainya" jawab Alin.

“Ya! Benar katamu. Yang aku maksud, walaupun botol ini sama, nilainya akan berbeda jika isinya berbeda. Sama halnya dengan manusia, yang membedakan manusia di mata tuhan bukanlah fisiknya melainkan keimanan, kejujuran, kemuliaan dan kebaikan dengan manusia lainnya. Jadilah orang yang baik agar di pandang baik oleh tuhan maupun orang lain. Kalau begini, kamu mau menjadi air mineral, jus buah, madu, minyak wangi atau air got?”

“Maka dari itu, buatlah kebaikan. Maka orang lain pun juga akan menyukaimu dan tidak akan mengucilkanmu. Ingat, tuhan tidak melihat manusia dari fisiknya, melainkan dari kebaikan dan keimanannya”.

Penjelasan:

semoga membantu


Video Terkait


Post a Comment

0 Comments